BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Ejaan merupakan kaidah-kaidah atau cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf/serta penggunaan tanda baca).
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua puluhan. Namun dari
segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan tersendiri.
Berdasarkan
sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
1.
Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa
Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari
bahasa Melayu yang menjadi dasari bahasa Indonesia.
2.
Ejaan Suwandi
Setelah
ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu
ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun 1972.
3.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan
imi mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan
penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia.
Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1972
dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 57/1972
tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan
berlakunya EYD, maka ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa
Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.
PERUBAHAN
PEMAKAIAN HURUF
DALAM
TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan
yang Disempurnakan (EYD)
(mulai
16 Agustus 1972)
|
Ejaan
Republik
(Ejaan
Soewandi)
1947-1972
|
Ejaan
Ophuysen
(1901-1947)
|
Khusu
Jumat
Yakni
|
Chusus
Djum’at
Jakni
|
Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
|
1.2
Tujuan
-
Memahami konsep EYD
-
Memahami huruf kapital dan huruf miring
-
Memahami tentang penulisan kata
-
Memahami tata cara dan letak dalam penggunaan
tanda baca
-
memahami dan mengembangkan tulisan dengan tanda
baca yang baik dan benar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Fungsi
Huruf Kapital
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa
hal, yaitu :
a) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
Misalnya : Dia
menulis surat di kamar.
b) Digunakan sebagai huruf pertama petikan
langsung.
Misalnya : Ayah
bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
c) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan
yang berhubungan dengan nama
Tuhan, kata
ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya : Allah
Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
d) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan , keturunan, keagamaan
yang diikuti
nama orang.
Misalnya : Raja
Gowa adalah Sultan Hasanuddin.
e) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama
jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang, pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya : Wakil
Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.
f) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama
orang.
Misalnya : Dewi
Rasdiana Jufri
g) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya : bangsa
Indonesia
h) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
Misalnya : tahun
Hijriyah
i) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi
unsur nama diri.
Misalnya : Asia
Tenggara
j) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintah,
ketatanegaraan,
dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
Misalnya : Republik
Indonesia
k) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau
sapaan dan pengacuan.
Misalnya : Surat
Saudara sudah saya terima.
l) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya : Surat
Anda telah saya balas.
m) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya :
Dr. - doctor
n) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa
o) Digunakan
sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar,
dan karangan ilmiah lainnya, kecuali
kata depan dan kata penghubung.
Misalnya
: Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Pemakaian huruf
a.
Huruf
Abjad
Sampai
saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
Abjad
yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A
a
B
b
C
c
D
d
E
e
F
f
G
g
H
h
I
i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J
j
K
k
L
l
M
m
N
n
O
o
P
p
Q
q
R
r
|
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S
s
T
t
U
u
V
v
W
w
X
x
Y
y
Z
z
|
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
b. Huruf
Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam
bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
|
A
e
i
o
u
|
api
enak
itu
oleh
ulang
|
padi
petak
simpan
kota
bumi
|
lusa
sore
murni
radio
ibu
|
c. Huruf
Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan
dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan
z.
Huruf
konsonan
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
|
B
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q
r
s
t
v
w
x
y
z
|
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
|
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
|
adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
politik
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
Juz
|
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat
diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Di
awal
|
Di
tengah
|
Di
akhir
|
|
Ai
au
oi
|
ain
aula
-
|
syaitan
saudara
boikot
|
pandai
harimau
amboi
|
2.2
Fungsi Huruf Miring
Huruf
miring digunakan untuk :
2.2.1
Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya : Buku Negarakertagama
karangan Prapanca.
2.2.2
Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya :
-
Huruf pertama kata abad adalah a.
-
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
-
Buatlah kalimat dengan kata lapang
dada.
2.2.3 Menuliskan
kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya : Politik devideet et impera
pernah merajalela di Indonesia
2.3
Fungsi Tanda Baca
2.3.1 Tanda Titik (.)
a.
|
Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
|
||||||||||||
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
|
|||||||||||||
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur
akhirnya sudah bertanda titik.
|
|||||||||||||
Misalnya: Buku itu disusun oleh
Drs. Sudjatmiko, M.A.
|
|||||||||||||
b.
|
Tanda titik dipakai di belakang
angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya :
|
||||||||||||
c.
|
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
|
||||||||||||
Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1
lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
|
|||||||||||||
d.
|
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
|
||||||||||||
Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35
menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20
menit, 30 detik)
|
|||||||||||||
e.
|
Tanda titik dipakai dalam daftar
pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
|
||||||||||||
Misalnya: Alwi, Hasan, dkk. 1920. Azab
dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
|
|||||||||||||
f.
|
Tanda titik dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
|
||||||||||||
Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200
orang.
|
|||||||||||||
Catatan:
|
|
|||
g.
|
Tanda titik dipakai pada penulisan
singkatan
Misalnya : H. Hamid
|
2.3.2 Tanda Koma (,)
a.
|
Tanda koma dipakai di antara unsur
unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
|
Misalnya: Saya membeli kertas,
pena, dan tinta.
|
|
b.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan,
dan kecuali.
|
Misalnya: Saya akan membeli
buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
|
|
c.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului
induk kalimatnya.
|
Misalnya: Kalau ada undangan, saya
akan datang.
|
|
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya: Saya akan datang kalau ada undangan.
|
|
d.
|
Tanda koma dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat,
seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun begitu.
|
Misalnya:
|
Meskipun begitu,
dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
|
|
e.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu,
Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
|
Misalnya: Wah, bukan main!
|
|
f.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
|
Misalnya: Kata Ibu, "Saya
gembira sekali."
|
|
g.
|
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
|
Misalnya: "Di mana Saudara
tinggal?" tanya Pak Guru.
|
|
h.
|
Tanda koma dipakai di antara nama
dan alamat, bagian bagian alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
|
Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan
Pisang Batu 1, Bogor
|
|
i.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
|
Misalnya: Gunawan, Ilham. 1984. Kamus
Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
|
j.
|
Tanda koma dipakai di antara
bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
|
Misalnya: Alisjahbana, S. Takdir, Tata
Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2
(Jakarta: Pustaka
Rakyat, 1950), hlm. 25.
|
|
k.
|
Tanda koma dipakai di antara nama
orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
|
Misalnya: Ny. Khadijah, M.A.
|
|
l.
|
Tanda koma dipakai di muka angka
desimal
|
Misalnya: 12,5 m
|
|
m.
|
Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
|
Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad,
pandai sekali.
|
|
n.
|
Tanda koma dapat dipakai–untuk
menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
|
Misalnya: Atas perhatian Saudara,
kami ucapan terima kasih.
|
2.3.3 Tanda Titik Koma (;)
a.
|
Tanda titik koma dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk setara.
|
||||
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di
kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya;
|
|||||
b.
|
Tanda titik koma digunakan untuk
mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok
kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan
kata dan.
|
||||
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga
ini:
|
|||||
c.
|
Tanda titik koma digunakan untuk
memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian
itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
|
||||
Misalnya: Ibu membeli buku,
pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel,
dan jeruk.
|
2.3.4 Tanda Titik Dua (:)
a.
|
Tanda titik dua dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
|
|||
Misalnya: Kita sekarang memerlukan
perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
|
||||
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau
pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
|
||||
b.
|
Tanda titik dua dipakai sesudah
kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
|
|||
Misalnya: Ketua : Ahmad Wijaya
|
c.
|
Tanda titik dua dapat dipakai
dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
d.
|
Tanda titik dua dipakai di antara jilid
atau nomor dan halaman, bab dan ayat dalam kitab suci, judul dan anak judul
suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
|
||||||
Misalnya:
Horison,
XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
|
2.3.5 Tanda Hubung (-)
a.
|
Tanda hubung menyambung suku-suku
kata yang terpisah oleh pergantian baris.
|
||||||||||||
Misalnya: Di samping cara lama
diterapkan juga ca-
ra baru.
|
|||||||||||||
b.
|
Tanda hubung menyambung awalan
dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang
mendahuluinya pada pergantian baris.
|
||||||||||||
Misalnya: Kini ada cara yang baru
untuk meng-
ukur panas.
|
|||||||||||||
c.
|
Tanda hubung digunakan untuk
menyambung unsur-unsur kata ulang.
|
||||||||||||
Misalnya: anak-anak
|
|||||||||||||
d.
|
Tanda hubung digunakan untuk
menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
|
||||||||||||
Misalnya: 8-04-2008
|
|||||||||||||
e.
|
Tanda hubung dipakai untuk
merangkai:
|
||||||||||||
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
|
|||||||||||||
g.
|
Tanda hubung dipakai untuk
merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
|
||||||||||||
Misalnya: di-make-up
|
2.3.6 Tanda Pisah (–)
a.
|
Tanda pisah dipakai untuk
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
utama kalimat.
|
Misalnya: Kemerdekaan itu—hak
segala bangsa—harus dipertahankan.
|
|
b.
|
Tanda pisah dipakai untuk menegaskan
adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas.
|
Misalnya: Gerakan Pengutamaan
Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus
terus ditingkatkan.
|
|
c.
|
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan,
tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
|
Misalnya: Tanggal 5–10 April 2008
|
|
2.3.7 Tanda Tanya (?)
a.
|
Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
|
Misalnya: Kapan dia berangkat?
|
|
b.
|
Tanda tanya dipakai di dalam tanda
kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang
dapat dibuktikan kebenarannya.
|
Misalnya: Dia dilahirkan pada
tahun 1963 (?).
|
2.3.8 Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan
kamar itu sekarang juga!
2.3.9 Tanda Elipsis (...)
a.
|
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat
yang terputus-putus.
|
||||
Misalnya: Kalau begitu ...,
marilah kita laksanakan.
|
|||||
b.
|
Tanda elipsis dipakai untuk
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
|
||||
Misalnya : Pengetahuan dan
pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
|
|||||
Catatan:
|
|
2.3.10 Tanda Petik (" ")
a.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain.
|
||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Ibu berkata, "Paman
berangkat besok pagi. "
|
|||||||||||||||||||||||||||
b.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
|
||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Sajak
"Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
|
|||||||||||||||||||||||||||
c.
|
Tanda petik dipakai untuk mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
|
||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Pekerjaan itu
dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
|
|||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
2.3.11 Tanda Petik Tunggal (' ')
a.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
|
||||
Misalnya: Tanya dia,
"Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
|
|||||
b.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit makna kata atau ungkapan.
|
||||
Misalnya:
|
|||||
c.
|
Tanda petik tunggal dipakai untuk
mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing
|
||||
Misalnya:
|
2.3.12 Tanda Kurung (( ))
a.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
|
Misalnya: Anak itu tidak memiliki
KTP (kartu tanda penduduk).
|
|
b.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
|
Misalnya: Sajak Tranggono yang
berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
|
|
c.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
|
Misalnya: Pejalan kaki itu berasal
dari (Kota) Surabaya.
|
|
d.
|
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
|
Misalnya: Faktor produksi
menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi,
dan (c) tenaga kerja.
|
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka
atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
|
|||||||
Misalnya:
Kemarin kakak saya membeli
|
2.3.13 Tanda Kurung Siku ([ ])
a.
|
Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan
bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
|
Misalnya: Ia memberikan uang
[kepada] anaknya.
|
|
b.
|
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
|
2.3.14 Tanda Garis Miring (/)
a.
|
Tanda garis miring dipakai di
dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
|
||
Misalnya: tahun ajaran 2008/2009
|
|||
b.
|
Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
|
||
Misalnya:
|
|||
Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk
membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan
naskah.
|
2.3.15 Tanda Penyingkat atau
Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah kusurati.
|
('kan = bukan)
|
Malam 'lah tiba.
|
('lah = telah)
|
1 Januari '08
|
('08 = 1988)
|
2.4
Penulisan
Kata
2.4.1
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya : Buku itu sangat menarik
Ibu
sangat mengharapkan keberhasilanmu
Dia
bertemu kawannya di kantor pos
2.4.2
Kata imbuhan
2.4.2.1
Prefiks (awalan)
1. Awalan ber-
fungsi awalan ber- adalah membentuk kata kerja intransitive. Sedangkan
fungsi awalan ber- adalah membentuk kata kerja intransitive. Sedangkan
Makna yang diperoleh sebagai hasil
pengimbuhan dengan awalan ber- antara
lain :
a. Untuk mendapatkan makna ‘mempunyai atau memiliki” awalan ber- harus
a. Untuk mendapatkan makna ‘mempunyai atau memiliki” awalan ber- harus
diimbuhkan pada kata benda umum. (Contoh
:
Anak itu sudah tidak
berayah lagi).
b. Untuk mendapatkan makna “memaknai atau mengenakan” awalan ber-
b. Untuk mendapatkan makna “memaknai atau mengenakan” awalan ber-
harus diimbuhkan pada kata benda
yang menyatakan pakaian atau
perhiasan.
(Contoh: Orang yang berdasi itu bukan paman saya).
c. Untuk mendapatkan makna “berisi atau mengandung” awalan ber- harus
c. Untuk mendapatkan makna “berisi atau mengandung” awalan ber- harus
diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan
zat. (Contoh : Bahan
makanan ini cukup bergizi).
2. Awalan PER
Awalan PER mempunyai tiga macam bentuk, yaitu PER, PE, dan PEL.
PER digunakan pada kata-kata yang tidak dimulai dengan konsonan r,
seperti: peristri, percepat, dan
perketat.
PE digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan r, seperti
PE digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan r, seperti
peringan dan perendah.
PEl digunakan pada kata ajar, menjadi pelajar. Tidak ada contoh lain.
Fungsi awalan PER adalah membentuk kata kerja perintah, yang dapat
PEl digunakan pada kata ajar, menjadi pelajar. Tidak ada contoh lain.
Fungsi awalan PER adalah membentuk kata kerja perintah, yang dapat
digunakan
a) Kalimat perintah (Contoh: persingkat saja acaranya!)
b) Kalimat yang predikatnya berbentuk : (aspek)+pelaku+kata kerja.
(Contoh: penjagaan akan saya perketet nentimalam)
c) Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berbentuk: yang+
a) Kalimat perintah (Contoh: persingkat saja acaranya!)
b) Kalimat yang predikatnya berbentuk : (aspek)+pelaku+kata kerja.
(Contoh: penjagaan akan saya perketet nentimalam)
c) Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berbentuk: yang+
aspek+pelaku+kata kerja.
Contoh: saluran
yang telah kami perdalam telah dangkal lagi.
3. Awalan ME
Awlan ME adalah imbuhan yang produktif, pengimbuhannya dilakukan
Awlan ME adalah imbuhan yang produktif, pengimbuhannya dilakukan
dengan cara merangkaitkannya dimuka
kata yang diimbuhinya. Awlan ME
mempunyai enam macam bentuk yaitu: me,
mem, men, meny, meng, dan
menge.
a). Me- digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan r, l, w. dan y;
a). Me- digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan r, l, w. dan y;
serta konsonan sengau m, n, ny, dan ng. umpamanya
terdapat pada kata-
kata.
- merasa (me + rasa)
- melihat (me + lihat)
b). Mem-digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan b,p, f, dan v
- merasa (me + rasa)
- melihat (me + lihat)
b). Mem-digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan b,p, f, dan v
umpamanya seperti terdapat dalam
kata-kata:
- membawa (mem + bawa)
- memilih (mem + pilih)
c). Men- digunakan dengan kata-kata yang dimulai dengan konsonan d dan t.
- membawa (mem + bawa)
- memilih (mem + pilih)
c). Men- digunakan dengan kata-kata yang dimulai dengan konsonan d dan t.
konsonan d tetap diwujudkan;
sedangkan konsonan t tidak diwujudkan,
melainkan disenyawakan dengan bunyi
asal dari awalan itu. Contohnya
seperti terdapat dalam kata-kata
berikut:
- mendengar (me + dengar)
- menarik (me + tarik)
- mendengar (me + dengar)
- menarik (me + tarik)
4.Awalan di-
Di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang
Di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang
diimbuhinya. Sedangkan di- sebagai kata depan
dilafalkan dan dituliskan
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Dia ditangkap polisi.(di- sebuah awalan)
Adik belajar di perpustakaan.(di- sebuah kata depan)
Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif. Maka makna yang
Contoh: Dia ditangkap polisi.(di- sebuah awalan)
Adik belajar di perpustakaan.(di- sebuah kata depan)
Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif. Maka makna yang
didapat sebagai hasil pengimbuhannya
merupakan kebalikan dari makna kata
kerja aktif transitif, yakni kata kerja
berawalan me- yang transitif.
5. Awalan PE-
Fungsi awalan PE- adalah membentuk kata benda. Sedangkan makna yang
didapat sebagai hasil pengimbuhannya adalah:
(a) orang yang melakukan atau yang berbuat
(b) orang yang pekerjaannya
(c) orang yang suka, gemar, atau acapkali melakukan
(d) orang yang bersifat
(e) alat untuk mengerjakan sesuatu
(a) orang yang melakukan atau yang berbuat
(b) orang yang pekerjaannya
(c) orang yang suka, gemar, atau acapkali melakukan
(d) orang yang bersifat
(e) alat untuk mengerjakan sesuatu
2.4.2.2
Sufiks
(akhiran)
1.
Akhiran –kan
Fungsi
akhiran –kan adalah membentuk kata kerja transitif, yang dapat digunakan dalam
kalimat perintah.
Pembentukan
kata dengan akhiran –kan akan memberikan makna sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –kan harus diimbuhkan pada :
1) Kata sifat
Contoh : tenangkan dulu anak-anak itu!
2) Kata kerja yang menyatakan keadaan
Contoh : hubungan telepon telah mereka putuskan
3) Beberapa kata benda yang memiliki sifat khusus
Contoh : daerah itu harus kita hutankan kembali
b. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi berada” akhiran –kan harus
a. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –kan harus diimbuhkan pada :
1) Kata sifat
Contoh : tenangkan dulu anak-anak itu!
2) Kata kerja yang menyatakan keadaan
Contoh : hubungan telepon telah mereka putuskan
3) Beberapa kata benda yang memiliki sifat khusus
Contoh : daerah itu harus kita hutankan kembali
b. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi berada” akhiran –kan harus
diibuhkan pada kata benda yang menyatakan
tempat.
Contoh : Pinggirkan dulu mobil itu!
c. Untuk mendapatkan makna “lakukan…” akhiran –kan harus diimbuhkan
c. Untuk mendapatkan makna “lakukan…” akhiran –kan harus diimbuhkan
pada kata kerja yang menyatakan tindakan.
Contoh : Lemparkan bola itu kesini!
d. Untuk mendapatkan makna “lakukan untuk orang lain” akhiran -kan
d. Untuk mendapatkan makna “lakukan untuk orang lain” akhiran -kan
harus diimbuhkan pada kata kerja yang kata
dasarnya sudah transitif.
Contoh : Tolong
ambilkan buku itu!
e. Untuk mendapatkan makna “bawa masuk ke…” akhiran –kan harus
e. Untuk mendapatkan makna “bawa masuk ke…” akhiran –kan harus
digunakan pada beberapa kata benda yang
menyatakan ruang atau
wadah.
Contoh : Asramakan saja anak-anak itu.
2.
Akhiran –I
a. Untuk mendapatkan makna berkali-kali
akhiran –I harus diimbuhkan ada
kata kerja yang menyatakan tindakan.
Contoh : Pencuri itu
mereka pukuli sampai babak belur.
b. Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –I harus diimbuhkan pada
b. Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –I harus diimbuhkan pada
kata kerja yang menyatakan tempat.
Contoh : Jangan
duduki kursi itu.
c. Untuk mendapatkan makna “merasa sesuatu pada” akhiran –I harus
c. Untuk mendapatkan makna “merasa sesuatu pada” akhiran –I harus
diimbuhkan pada kata kerja yang
menyatakan sikap batin.
Contoh : Hormatilah gurumu!
d. Untuk mendapatkan makna “memberi atau membubuhi” akhiran –I harus
d. Untuk mendapatkan makna “memberi atau membubuhi” akhiran –I harus
diimbuhkan pada kata benda yang
menyatakan benda yang dapat
diberikan.
Contoh : Tolong nasihati anak-anak itu!
e. Untuk menanyakan makna “menjadi atau menganggap“ akhiran –I harus
e. Untuk menanyakan makna “menjadi atau menganggap“ akhiran –I harus
diimbuhkan pada beberapa kata benda tertentu
yang dikenal dengan sifat
khasnya.
Contoh : Jangan kalian budaki anak itu!
f. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –I harus dibubuhkan
f. Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –I harus dibubuhkan
pada kata sifat.
Contoh : Lengkapi dulu syarat-syaratnya!
3. Akhiran –AN
Fungsi akhiran –AN adalah membentuk kata benda.
3. Akhiran –AN
Fungsi akhiran –AN adalah membentuk kata benda.
a.
Untuk
mendapatkan makna “hasil” akhiran –AN harus digunakan pada kata kerja tertentu.
Contoh : Tulisan
adik sudah bagus.
b.
Untuk
mendapatkan makna “alat” akhiran –AN harus diimbuhkan pada
beberapa
kata kerja.
Contoh
:
Keranjangnya ada tetapi pikulannya tidak ada.
c.
Untuk
mendapatkan makna “benda atau hal yang dikenal pekerjaan” akhiran –AN harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja.
Contoh
:
Makanan ini lezat sekali
d. Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –AN harus diimbuhkan
d. Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –AN harus diimbuhkan
pada
beberapa kata kerja.
Contoh
:
Di tengah sawah itu ada kubangan kerbau.
e. Untuk mendapatkan makna “tiap-tiap” akhiran –AN harus digunakan
e. Untuk mendapatkan makna “tiap-tiap” akhiran –AN harus digunakan
pada
kata benda yang menyaakan waktu atau satuan ukuran.
Contoh
:
Majalah bulanan ini terbit di Jakarta.
f. Untuk mendapatkan makna :mengandung banyak hal yang disebut kata
f. Untuk mendapatkan makna :mengandung banyak hal yang disebut kata
dasarnya”
akhiran –AN harus diimbuhkan pada kata benda tertentu.
Contoh
:
Ayah sudah ubanan
g. Untuk mendapatkan makna “himpunan bilangan atau jumlah” akhiran –
g. Untuk mendapatkan makna “himpunan bilangan atau jumlah” akhiran –
AN
harus digunakan pada kata bilangan.
Contoh
:
Yang diundang banyak tetapi yang dating hanya belasan
orang.
h. Untuk mendapatkan makna “bersifat yang disebut kata dasarnya”
h. Untuk mendapatkan makna “bersifat yang disebut kata dasarnya”
akhiran
–AN harus digunakan pada beberapa kata sifat.
Contoh
:
Dia tak mau membeli barang murahan
4.
Akhiran -NYA
Dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan adanya dua macam –nya.
Pertama : -nya sebagai ganti orang ketiga tunggal yangberlaku objek atau
Dalam bahasa Indonesia perlu diperhatikan adanya dua macam –nya.
Pertama : -nya sebagai ganti orang ketiga tunggal yangberlaku objek atau
pemilik. (Contoh : saya
minta tolong kepadanya).
Kedua : -nya sebagai akhiran (Contoh : turunnya harga beras
Kedua : -nya sebagai akhiran (Contoh : turunnya harga beras
menggembirakan rakyat).
a. Untuk membentuk kata benda akhiran –nya harus diimbuhkan pada
beberapa kata kerja yang menyatakan
keadaan atau kata sifat.
Contoh : Tenggelamnya kapal Tampomas banyak menelan korban.
b. Untuk memberi penekanan pada bagian kalimat akhiran –nya harus
b. Untuk memberi penekanan pada bagian kalimat akhiran –nya harus
diimbuhkan pada kata benda.
Contoh : Saya ingin mandi, airnya tidak ada.
c. Untuk membentuk kata keterangan akhiran –nya harus diimbuhkan pada
c. Untuk membentuk kata keterangan akhiran –nya harus diimbuhkan pada
beberapa kata tertentu.
Contoh : Agaknya dia
tidak akan datang.
2.4.2.3
Infiks (sisipan)
Sisipan –EL, -EM, dan –ER.
Sisipan ini tidak mempunyai variasi bentuk, dan ketiganya merupakan
Sisipan ini tidak mempunyai variasi bentuk, dan ketiganya merupakan
imbuhan yang tidak produktif. Artinya tidak
digunakan lagi untuk
membentuk kata-kata baru. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara
menyisipkan diantara konsonan dan volal suku
pertama pada sebuah kata
dasar.
Arti yang yang dikandung oleh ketiga sisipan
itu adalah:
1. Menyatakan banyak dan bermacam- macam.
2. Menyatakan intensitas.
3. Menyatakan yang melakukan yang disebut kata dasar.
1. Menyatakan banyak dan bermacam- macam.
2. Menyatakan intensitas.
3. Menyatakan yang melakukan yang disebut kata dasar.
a).
Untuk mendapatkan makna “bermacam-macam” sisipan ini harus
diimbuhkan pada kata benda tertentu,
contohnya yaitu: temali, gerigi, dsb.
b).
Untuk mendapatkan makna “intensitas” sisipan ini harus diimbuhkan pada
kata benda tertentu, contohnya seperti:
gemetar, gemuruh, dll.
c). Untuk mendapatkan makna “yang melakukan” sisipan ini harus
c). Untuk mendapatkan makna “yang melakukan” sisipan ini harus
diimbuhkan pada kata kerja tertentu,
contohnya seperti: pelatuk, telapak,
dan telunjuk.
2.4.2.4
Konfiks
(gabungan)
1.
Imbuhan Gabung
ber-kan
Imbuhan gabung ber-kan adalah awalan ber- dan akhiran -kan yang secara bersama-sama digunakan pada sebuah kata dasar.
Imbuhan gabung ber-kan adalah awalan ber- dan akhiran -kan yang secara bersama-sama digunakan pada sebuah kata dasar.
Cntoh:
pemuda-pemuda pada waktu itu berani melawan belanda wlaupun
hanya bersenjatakan bamboo runcing.
2.
Imbuhan gabung BER-AN
Fungsi imbuhan ini adalah membentuk kata kerja intransitive, sedangkan makna yang diperoleh sebagai proses pengimbuhannya adalah:
- Banyak serta tidak teratur
- Saling atau tidak berbalasan
- Saling berada di
Aturan pengimbuhan dengan imbuha BER-AN adalah sebagai berikut
a) Untuk mendapatkan makna “ banyak serta tidak teratur” imbuhan BER-
Fungsi imbuhan ini adalah membentuk kata kerja intransitive, sedangkan makna yang diperoleh sebagai proses pengimbuhannya adalah:
- Banyak serta tidak teratur
- Saling atau tidak berbalasan
- Saling berada di
Aturan pengimbuhan dengan imbuha BER-AN adalah sebagai berikut
a) Untuk mendapatkan makna “ banyak serta tidak teratur” imbuhan BER-
AN harus diimbuhkan pada kata kerja yang
menyatakan gerak.
Contoh: mereka berlarian kesana –sini untuk menyelamaykan diri
b) Untuk mendapatkan makna “saling atau berbalasan”
Contoh: kedua jalan itu berpotongan dibalik bukit itu,
c) Untuk mendapatkan makna “ saling berada” harus diimbuhkan pada
Contoh: mereka berlarian kesana –sini untuk menyelamaykan diri
b) Untuk mendapatkan makna “saling atau berbalasan”
Contoh: kedua jalan itu berpotongan dibalik bukit itu,
c) Untuk mendapatkan makna “ saling berada” harus diimbuhkan pada
beberapa kata kerja yang menyatakan letak
atau jarak.
Contoh: kami duduk bersebelahan didalam kereta pai itu.
3. Imbuhan Gabung PER-kan
a) Untuk mendapatkan makna “jadikan bahan” harus diimbuhkan pada
Contoh: kami duduk bersebelahan didalam kereta pai itu.
3. Imbuhan Gabung PER-kan
a) Untuk mendapatkan makna “jadikan bahan” harus diimbuhkan pada
kata kerja
Contoh: jangan perdebatkan lagi masalah itu!
b) Untuk mendapatkan makna “jadikan supaya” harus diimbuhkan pada
Contoh: jangan perdebatkan lagi masalah itu!
b) Untuk mendapatkan makna “jadikan supaya” harus diimbuhkan pada
kata sifat
Contoh: bahan-bahannya akan segera kami persiapkan
c) Untuk mendapatkan makna lakukan, harus diimbuhkan pada kata kerja
Contoh: pertahankan benteg ini sekuat tenaga kalian
4. Imbuhan gabung PER-I
a) Untuk mendapatkan makana “supaya jadi” harus diimbuhkan pada kata
Contoh: bahan-bahannya akan segera kami persiapkan
c) Untuk mendapatkan makna lakukan, harus diimbuhkan pada kata kerja
Contoh: pertahankan benteg ini sekuat tenaga kalian
4. Imbuhan gabung PER-I
a) Untuk mendapatkan makana “supaya jadi” harus diimbuhkan pada kata
sifat
Contoh: mereka kami perlengkapi dengan alat-alat pertanian
b) Untuk mendapatkan makana “lakukan yang disebut kata dasarnya pada
Contoh: mereka kami perlengkapi dengan alat-alat pertanian
b) Untuk mendapatkan makana “lakukan yang disebut kata dasarnya pada
objeknya” imbuhan gabung per-i harus
diimbuhkan pada kata kerja
tertentu
Contoh: jangan kamu perturuti terus permintaannya
5. imbuhan me- -kan
Fungsi imbuhan gabung me- -kan adalah membentuk kata kerja aktif
Contoh: jangan kamu perturuti terus permintaannya
5. imbuhan me- -kan
Fungsi imbuhan gabung me- -kan adalah membentuk kata kerja aktif
transitif.
Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil
pengimbuhannya, antara
lain :
a) Menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya
b) Melakukuan sesuatu untuk orang lain
c) Melakukan yang disebut bentuk dasar
a) Menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya
b) Melakukuan sesuatu untuk orang lain
c) Melakukan yang disebut bentuk dasar
Untuk mendapatkan makna yang
“menyebabkan jadi yang disebut kata
dasarnya” imbuhan gabung me- -kan
harus diimbuhkan pada:
a. kata sifat
contohnya: Pemerintah akan melebarkan jalan didepan sekolah kami.
b. kata kerja yang menyatakan keadaan
contohnya: Kapal perang Inggris dengan mudah menenggelamkan kapal
a. kata sifat
contohnya: Pemerintah akan melebarkan jalan didepan sekolah kami.
b. kata kerja yang menyatakan keadaan
contohnya: Kapal perang Inggris dengan mudah menenggelamkan kapal
perang Argentina
itu.
c. kata benda yang mempunyai ciri khas
contohnya: Kami akan membukukan hasil seminar itu.
d. kata keterangan yang menyatakan derajat
contohnya: Kami berhasil menyamakan kedudukan kami.
6. Imbuhan gabung me- - i
Fungsi imbuhan gabung me- -i adalah membentuk kata kerja transitif aktif.
c. kata benda yang mempunyai ciri khas
contohnya: Kami akan membukukan hasil seminar itu.
d. kata keterangan yang menyatakan derajat
contohnya: Kami berhasil menyamakan kedudukan kami.
6. Imbuhan gabung me- - i
Fungsi imbuhan gabung me- -i adalah membentuk kata kerja transitif aktif.
Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil
pengimbuhan, antara lain:
a. membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada
b. memberi atau membubuhi pada
c. melakukan pada
d. melakukan berulang-ulang
e. merasa pada
a. membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada
b. memberi atau membubuhi pada
c. melakukan pada
d. melakukan berulang-ulang
e. merasa pada
1) Uuntuk
mendapatkan makna ‘membuat jadi yang yang disebut kata dasar pada objeknya’
imbuhan gabung me- -i harus digunakan pada kata sifat Contoh: Bulan
menerangi bumi.
2) Untuk mendapatkan makna ‘memberi atau
membubuhi yang disebut kata
dasarnya pada objeknya’ imbuhan gabung me- -i
harus diimbuhkan pada
kata benda yang menyatakan zat, atau
bahan.
Contoh: Siapa yang menggarami laut?
3) Untuk mendapatkan makna ‘melakukan atau berbuat sesuatu pada atau
Contoh: Siapa yang menggarami laut?
3) Untuk mendapatkan makna ‘melakukan atau berbuat sesuatu pada atau
di’imbuhan gabung me- -i harus
diimbuhkan pada kata kerja tertentu.
Contoh: Mereka menanami halaman rumahnya dengan berbagai tanaman
Contoh: Mereka menanami halaman rumahnya dengan berbagai tanaman
hias.
4) Untuk mendapatkan makna ‘melakukan berulang-ulang’ imbuhan gabung
4) Untuk mendapatkan makna ‘melakukan berulang-ulang’ imbuhan gabung
me- -i harus diimbuhkan pada kata kerja
yang menyatakan tindakan.
Contoh: Mereka memukuli pencuri itu sampai babak belur.
5) Untuk mendapatkan makna ‘merasa sesuatu pada’ imbuhan gabung me- -i
Contoh: Mereka memukuli pencuri itu sampai babak belur.
5) Untuk mendapatkan makna ‘merasa sesuatu pada’ imbuhan gabung me- -i
harus diimbuhkan pada kata kerja yang
menyatakan emosi atau sikap batin.
Contoh: Kami tidak menyukai sikap anak itu.
7. Imbuhan gabung memper-
Fungsi imbuhan gabung memper- adalah membentuk kata kerja aktif transitif.
Contoh: Kami tidak menyukai sikap anak itu.
7. Imbuhan gabung memper-
Fungsi imbuhan gabung memper- adalah membentuk kata kerja aktif transitif.
Sedangkan makna yang didapatkan sebagai
hasil pengimbuhannya, antara lain
a. membuat jadi lebih
b. menjadikan atau menganggap sebagai
a. membuat jadi lebih
b. menjadikan atau menganggap sebagai
1. untuk mendapatkan makna ‘membuat jadi lebih’ imbuhan gabung memper-
harus diimbuhkan pada kata sifat.
Contoh: Jalan layang dibuat untuk memperlancar lalu lintas.
2. Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan atau menganggap sebagai’
Contoh: Jalan layang dibuat untuk memperlancar lalu lintas.
2. Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan atau menganggap sebagai’
imbuhan gabung memper- harus diimbuhkan
pada kata benda tertentu.
Contoh: Mereka memperbudak tawanan itu dengan sewenang-wenang.
8. Imbuhan gabung memper- -kan
Fungsi imbuhan gabung memper- -kan adalah membentuk kata kerja aktif
Contoh: Mereka memperbudak tawanan itu dengan sewenang-wenang.
8. Imbuhan gabung memper- -kan
Fungsi imbuhan gabung memper- -kan adalah membentuk kata kerja aktif
transitif. Sedangkan makna yang dimiliki
sebagai hasil dari proses
pengimbuhannya, antara lain, menyatakan:
a. menjadikan bahan
b. menjadikan supaya
c. melakukan per- -an
d. menjadikan dapat di-
e. menjadikan ber-
a. menjadikan bahan
b. menjadikan supaya
c. melakukan per- -an
d. menjadikan dapat di-
e. menjadikan ber-
1. Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan sebagai bahan’ imbuhan gabung
memper- -kan harus diimbuhkan pada kata
kerja tertentu.
Contoh: Tidak baik mempermainkan orang tua seperti itu.
2.Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan supaya’ imbuhan gabung memper-
Contoh: Tidak baik mempermainkan orang tua seperti itu.
2.Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan supaya’ imbuhan gabung memper-
- kan harus diimbuhkan pada kata sifat
dan kata kerja yang menyatakan
keadaan.
Contoh: Saya ingin memperkenalkan kamu pada ayahku.
3. Untuk mendapatkan makna ‘melakukan per- -an’ imbuhan memper- -kan
Contoh: Saya ingin memperkenalkan kamu pada ayahku.
3. Untuk mendapatkan makna ‘melakukan per- -an’ imbuhan memper- -kan
harus diimbuhkan pada beberapa bentuk
dasar yang memiliki kata benda
berbentuk per- -an.
Contoh: Trans 7 akan mempersembahkan kesenian daerah.
4. Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan dapat di…’ imbuhan memper- -
Contoh: Trans 7 akan mempersembahkan kesenian daerah.
4. Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan dapat di…’ imbuhan memper- -
kan harus diimbuhkan pada beberapa
bentuk dasar kata kerja.
Contoh: Saya akan memperlihatkan naskah aslinya.
5. Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan ber’ imbuhan memper- -kan
Contoh: Saya akan memperlihatkan naskah aslinya.
5. Untuk mendapatkan makna ‘menjadikan ber’ imbuhan memper- -kan
harus
diimbuhkan pada bentuk dasar yang memiliki kata kerja berbentuk
ber-.
Contoh: Janganlah kau mempersekutukan Tuhan.
9. Imbuhan gabung memper- -i
Fungsi imbuhan gabung memper- -i adalah membentuk kata kerja aktif
Contoh: Janganlah kau mempersekutukan Tuhan.
9. Imbuhan gabung memper- -i
Fungsi imbuhan gabung memper- -i adalah membentuk kata kerja aktif
transitif,
sedangkan makna yang didapat sebagai hasil
proses pengimbuhan adalah:
a. Untuk mendapat makna ‘membuat supaya objeknya menjadi atau menjadi
a. Untuk mendapat makna ‘membuat supaya objeknya menjadi atau menjadi
lebih’ harus diimbuhkan pada beberapa
kata sifat tertentu.
Contoh: Saya akan memperbaiki dulu rumah itu.
b. Untuk mendapatkan makna ‘melakukan yang disebut kata dasarnya pada
Contoh: Saya akan memperbaiki dulu rumah itu.
b. Untuk mendapatkan makna ‘melakukan yang disebut kata dasarnya pada
objeknya’ imbuhan gabung memper- -i
harus diimbuhkan pada kata kerja.
Contoh: Siapa yang harus memperturuti kata hatinya akan celaka.
10.
Imbuhan gabung di- -kan
Berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari kata kerja
Berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif berimbuhan gabung me- -kan. Semua
kata kerja aktif berimbuhan
gabung di- kan adalah kata kerja
transitif.
Contoh kata kerja pasif berimbuhan di- -kan :
- digunakan
- disamakan
11. Imbuhan gabung di- -i
Berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari kata kerja
Contoh kata kerja pasif berimbuhan di- -kan :
- digunakan
- disamakan
11. Imbuhan gabung di- -i
Berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif berimbuhan gabung me- -i.
contoh kata kerja pasif berimbuhan gabung di- ( diawasi, ditemani)
12. Imbuhan gabung diper-
Berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari kata kerja
contoh kata kerja pasif berimbuhan gabung di- ( diawasi, ditemani)
12. Imbuhan gabung diper-
Berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif transitif berimbuhan gabung memper-
contoh kata kerja pasif berimbuhan gabung diper-
- dipercepat
- diperbesar
13. Imbuhan gabung diper- -kan
Berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari kata kerja
contoh kata kerja pasif berimbuhan gabung diper-
- dipercepat
- diperbesar
13. Imbuhan gabung diper- -kan
Berfungsi membentuk kata kerja pasif, sebagai kebalikan dari kata kerja
aktif.
Contoh kata kerja pasif berimbuhan gabung
diper- -kan
- dipergunakan
- dipertemukan
Sebagai kebalikan kata kerja aktif transitif berimbuhan gabung memper- -kan
- dipergunakan
- dipertemukan
Sebagai kebalikan kata kerja aktif transitif berimbuhan gabung memper- -kan
contohnya:
- penghitung (kata dasar: hitung)
- penggali (kata dasar: gali)
- pengambil (kata dasar : ambil)
14. Imbuhan Gabungan PE-AN
a). Untuk mendapatkan makna ‘hal atau peristiwa’ imbuhan gabung PE-AN
- penghitung (kata dasar: hitung)
- penggali (kata dasar: gali)
- pengambil (kata dasar : ambil)
14. Imbuhan Gabungan PE-AN
a). Untuk mendapatkan makna ‘hal atau peristiwa’ imbuhan gabung PE-AN
harus diimbuhkan pada kata kerja,
kata benda, atau kata sifat tertentu
Contoh : Pembinaan bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
b). untuk mendapatkan makna ‘proses’ imbuhan gabung PE-AN harus
Contoh : Pembinaan bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
b). untuk mendapatkan makna ‘proses’ imbuhan gabung PE-AN harus
diimbuhkan pada kata kerja, kata
benda, atau kata sifat tertentu.
Contoh : Pembayaran dilakukan bertahapa.
Contoh : Pembayaran dilakukan bertahapa.
c). Untuk mendapatkan makna ‘tempat’
imbuhan gabung PE-AN harus
diimbuhkan pada kata kerja, kata
benda, dan kata sifat tertentu.
Contoh : Ayah bekerja di pelelangan ikan.
Contoh : Ayah bekerja di pelelangan ikan.
d). Untuk mendapatkan makna ‘alat’ imbuhan
gabung PE-AN harus
dibutuhkan pada kata kerja tertentu.
Contoh : Ibu membeli penggorengan baru.
15. Imbuhan Gabung PER- -AN
a). Untuk mendapatkan makna “hal melakukan” imbuhan gabung PER- -AN
Contoh : Ibu membeli penggorengan baru.
15. Imbuhan Gabung PER- -AN
a). Untuk mendapatkan makna “hal melakukan” imbuhan gabung PER- -AN
harus diimbuhkan pada kata kerja
tertentu.
Contoh: Perbaikan mobil ini membutuhkan waktu dua hari.
b). Untuk mendapatkan makna”hal, tentang, masalah” imbuhan gabungan
Contoh: Perbaikan mobil ini membutuhkan waktu dua hari.
b). Untuk mendapatkan makna”hal, tentang, masalah” imbuhan gabungan
PER- -AN harus diimbuhkan pada kata
benda yang menyatakan tempat.
Contoh: Usaha perhotelan diindonesia cukup baik.
c). Untuk mendapatkan makna “ Tempat kejadian”imbukan harus
Contoh: Usaha perhotelan diindonesia cukup baik.
c). Untuk mendapatkan makna “ Tempat kejadian”imbukan harus
digabungkan pada kata kerja tertentu.
Contoh: Rumah-rumah peristirahatan banyak terdapat didaerah itu.
d). Untuk mendapatkan makna “ daerah, wilayah, dan kawasan”imbuhan harus
Contoh: Rumah-rumah peristirahatan banyak terdapat didaerah itu.
d). Untuk mendapatkan makna “ daerah, wilayah, dan kawasan”imbuhan harus
diimbuhkan pada kata benda yang
menyatakan tempat.
Contoh : Mereka tinggal dipegunungan.
Contoh : Mereka tinggal dipegunungan.
2.4.3
Kata
Depan
Dalam tindak berbahasa, kata depan di, pada,
dan dalam sering digunakan secara tidak tepat. Ketiga kata depan itu
sering dikacaukan penggunaannya. Tempat yang seharusnya diisi dengan kata depan
pada, misalnya, sering diisi dengan kata depan di; atau
tempat yang seharusnya diisi oleh kata depan di sering pula diisi
dengan kata depan dalam. Padahal, ketiga kata depan itu sebenarnya
memunyai pengertian atau makna yang berbeda. Ketidaktepatan penggunaan kata
depan itu dapat dilihat pada contoh kalimat berikut ini.
“Dalam dunia persepakbolaan Indonesia, pemain muda
itu memunyai prospek yang bagus di masa yang akan datang”.
Pada kalimat di atas terdapat penggunaan pasangan
kata di masa. Kata masa, yang berarti 'saat', merupakan
kata yang menyatakan waktu atau penunjuk waktu, sedangkan kata depan di
merupakan kata depan yang menyatakan tempat, bukan penunjuk waktu. Dengan
demikian, pengunaan pasangan kata di dan masa pada kelompok
kata di masa tidak tepat. Kata depan yang tepat digunakan di depan
kata masa adalah kata depan yang juga menyatakan waktu, yaitu kata depan pada,
sehingga pasangan itu menjadi pada masa. Sejalan dengan itu, kalimat
contoh tadi akan lebih tepat jika diperbaiki menjadi seperti berikut. “Dalam
dunia persepakbolaan Indonesia, pemain muda itu memunyai prospek yang bagus pada
masa yang akan datang”.
Kekeliruan yang serupa dengan pasangan kata di
masa (yang seharusnya pada masa) juga terjadi pada kata-kata lain
yang menyatakan waktu, seperti pasangan kata berikut ini.
di kesempatan
ini - pada kesempatan ini
di hari Minggu - pada hari
Minggu
di tahun lalu - pada tahun
lalu
di bulan Agustus - pada bulan Agustus
Bagaimana
dengan kata depan di? Kata apa yang dapat dipasangkan dengan kata
depan itu? Seperti telah dinyatakan di muka bahwa kata depan di
merupakan kata depan yang menyatakan tempat. Oleh karena itu, kata yang dapat
dipasangkan dengan kata depan itu pun harus kata yang menyatakan tempat,
seperti di Semarang, di kantor, di radio, di televisi, di sekolah, di
dalam, di luar, di atas, di samping, dan di antara.
Berbeda dengan kata depan di,
kata depan dalam juga digunakan untuk menyatakan makna 'tempat', namun
lebih khusus, yaitu 'tempat yang memiliki ruang', seperti peti, lemari,
ruangan, kamar. Contoh (Barang itu tersimpan dalam peti).
2.4.4
Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan 2 kata atau lebih
yang memiliki struktur tetap, tidak dapat di sisipi kata lain. Contohnya Meja
makan, gabungan kata di atas termasuk contoh kata majemuk karena strukturnya
tetap, tidak dapat diubah-ubah letaknya.
Makan meja (tidak logis).
Makan meja (tidak logis).
Selain itu, ciri lain dari kata majemuk adalah
gabungan kata tersebut membentuk makna baru. Namun, makna baru tersebut masih
dapat dirunut atau ditelusuri dari makna kata pembentuknya.
a)Rumah baru
b)Tono sakit
c)Rumah sakit
Secara gramatika (tata bahasa) makna yang terbentuk pada contoh (a) dan (b) sama dengan makna leksikal unsur pembentuknya. Gabungan kata di atas mempunyai makna “rumah (yang) baru” (a) dan “Tono (sedang) sakit.”
Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal unsur pembentuknya.
a)Rumah baru
b)Tono sakit
c)Rumah sakit
Secara gramatika (tata bahasa) makna yang terbentuk pada contoh (a) dan (b) sama dengan makna leksikal unsur pembentuknya. Gabungan kata di atas mempunyai makna “rumah (yang) baru” (a) dan “Tono (sedang) sakit.”
Berbeda halnya dengan gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan kata pada contoh kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal unsur pembentuknya.
Makna kata secara leksikal pada contoh kedua (c)
adalah “rumah (yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati
dapat merasakan sakit seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang
terbentuk dalam contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah
yang disebut dengan membentuk makna baru tetapi makna baru tersebut masih dapat
ditelusuri dari makna kata pembentuknya.
2.4.5 Kata Ganti
Kata Ganti ku-, kau-,
-ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Buku ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan
di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
Catatan:
Kata kata ganti itu (-ku,
-mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung
dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf
kapital.
Misalnya: KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku.
k.ganti
orang pertama tunggal
|
saya
|
k.ganti
orang pertama jamak
|
kami,
kita
|
k.ganti
orang kedua tunggal
|
anda
|
k.ganti
orang kedua jamak
|
kalian
|
k.ganti
orang ketiga tunggal
|
dia
|
k.ganti
orang ketiga jamak
|
mereka
|
2.4.6 Kata Serapan
Bahasa Indonesia merupakan
bahasa asing yang dinamis, yang selalu berkembang dari waktu ke waktu sesuai
dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pemakai dan penuturnya. Salah satu akibat
dari sifat dinamis tersebut adalah masuknya berbagai unsur kebahasaan dari
bahasa asing, baik yang berupa afiks (imbuhan, awalan, akhiran) maupun berupa
kata. Inilah yang kemudian dikenal dengan Unsur Serapan.
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengambil unsur atau kata dari bahasa lain, seperti bahaa daerah atau bahasa asing. Sudah banyak kosa kata dari bahasa asing dan daerah yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu kata-kata itu disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia, baik itu dalam hal pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata sepeerti itulah yang dinamakan dengan Kata-Kata Serapan.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengambil unsur atau kata dari bahasa lain, seperti bahaa daerah atau bahasa asing. Sudah banyak kosa kata dari bahasa asing dan daerah yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu kata-kata itu disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia, baik itu dalam hal pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata sepeerti itulah yang dinamakan dengan Kata-Kata Serapan.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.
Asal Bahasa
|
Jumlah Kata
|
Arab
|
1.495 kata
|
Belanda
|
3.280 kata
|
Tionghoa
|
290 kata
|
Hindi
|
7 kata
|
Inggris
|
1.610 kata
|
Parsi
|
63 kata
|
Portugis
|
131 kata
|
Sanskerta-Jawa Kuna
|
677 kata
|
Tamil
|
83 kata
|
Proses penyerapan itu dapat dipertimbangkan jika
salah satu syarat dibawah ini terpenuhi, yaitu :
1. Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya
2. Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya
3. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimya
Kata Serapan Masuk Ke Dalam Bahasa Indonesia Dengan 4 Cara Yaitu :
1. Cara Adopsi
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh : supermarket, plaza, mall
2. Cara Adaptasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
Contoh :
Pluralization > pluralisasi
Acceptability > akseptabilitas
3. Penerjemahan
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia
Contohnya :
Overlap > tumpang tindih
Try out > uji coba
1. Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya
2. Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya
3. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimya
Kata Serapan Masuk Ke Dalam Bahasa Indonesia Dengan 4 Cara Yaitu :
1. Cara Adopsi
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh : supermarket, plaza, mall
2. Cara Adaptasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
Contoh :
Pluralization > pluralisasi
Acceptability > akseptabilitas
3. Penerjemahan
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia
Contohnya :
Overlap > tumpang tindih
Try out > uji coba
4. Kreasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yangada dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Contoh :
Effective > berhasil guna
Spare parts > suku cadang
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yangada dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Contoh :
Effective > berhasil guna
Spare parts > suku cadang
2.5
Kata Ulang
Salah satu cara untuk menyatakan jamak dalam bahasa
Indonesia adalah dengan mengulang kata dasarnya. Mobil-mobil adalah ungkapan
jamak dari mobil, rumah-rumah adalah ungkapan jamak dari rumah, demikian
seterusnya.
Jarang sekali bahasa besar di dunia ini yang
menyatakan jamak dengan cara mengulang kata dasar. Dalam bahasa Inggris, secara
umum untuk menyatakan jamak cukup dengan menambahkan huruf s atau es di akhir
kata dasarnya. Agak mirip dengan bahasa Inggris, dalam bahasa Arab untuk
menyatakan jamak umumnya dengan cara menyisipkan huruf tertentu di bagian
tengah dan/atau di bagian akhir kata dasarnya.
Mungkin ada yang tidak sependapat, tetapi bahasa
yang menggunakan kata ulang untuk menyatakan jamak terkesan sebagai bahasa yang
belum berkembang dengan baik. Terkesan juga bahwa masyarakat pengguna bahasa
tersebut kurang kreatif dalam mencari pola lain dalam membentuk kata jamak.
Masalah lain adalah bahwa kata ulang untuk
menyatakan jamak cenderung lebih boros penggunaan huruf dibandingkan dengan
hanya memodifikasi kata dasar seperti pola yand ada dalam bahasa Inggris atau
bahasa Arab.
Pemborosan ini tampaknya masalah sepele, tapi kalau
kita mencoba melihat secara kumulatif banyaknya ruangan, tenaga dan waktu yang
terbuang, sesungguhnya ini tidak sesepele yang dibayangkan. Apalagi pemborosan
itu sebetulnya dapat dicegah dengan niat dan sedikit usaha untuk menemukan
jalan keluarnya.
Dalam bahasa Indonesia, untuk beberapa kata
sebetulnya sudah ada bentuk kata ulang yang hemat huruf. Coba perhatikan kata
pepohonan yang dapat menjadi pengganti kata pohon-pohonan. Dalam contoh
tersebut, dua huruf (pe) dapat menggantikan lima huruf (pohon). Perhatikan juga
kata rerumputan yang dapat menjadi pengganti kata rumput-rumputan. Dua huruf
(re) dapat menggantikan enam huruf (rumput). Bahkan kata laki-laki pun sudah
lumrah diganti dengan lelaki.
Lalu mengapa kita tidak mencoba menggunakan pola
tersebut untuk kata ulang yang lain? Rerumah untuk rumah-rumah, memobil untuk
mobil-mobil, bebaju untuk baju-baju, gegunung untuk gunung-gunung, dan
seterusnya. Rumus untuk tambahan dua huruf di awal kata juga sudah terlihat
dengan jelas, yaitu huruf pertama kata dasar ditambah dengan huruf e.
Itu kalau huruf pertama kata dasar adalah konsonan,
lalu bagaimana jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal?
Seorang ahli bahasa telah mencoba mencari pola yang
sudah ada dalam bahasa Indonesia dan menemukan satu kata ulang yang diawali
dengan huruf vokal yang cocok sebagai contoh pola, yaitu alang-alang. Dalam
banyak ungkapan alang-alang sudah sering diganti dengan ilalang. Walaupun
alang-alang itu sebetulnya bukan kata ulang, namun mungkin pola ini dapat juga
digunakan untuk kata ulang yang diawali dengan huruf vokal. Jadi orang-orang
menjadi irorang, atap-atap menjadi itatap, ayam-ayam menjadi iyayam, dan
seterusnya. Rumus umum untuk dua huruf awalannya adalah huruf i ditambah dengan
huruf kedua dari kata dasar.
Kata ulang dalam bahasa Indonesia tidak hanya
berfungsi untuk menunjukkan jamak, tapi juga berfungsi antara lain :
- Menyatakan benda yang menyerupai kata dasar itu. Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.
- Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
- Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: cepat-cepat, baik-baik.
- Menyatakan benda yang menyerupai kata dasar itu. Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.
- Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
- Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: cepat-cepat, baik-baik.
Macam-Macam
Kata Ulang
2.5.1 Kata Ulang Dwipurwa
yaitu ulangan atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet.
contoh:
tatanaman > tetanaman
tatangga > tetangga
luluhur > leluhur
lalaki > lelaki
luluasa > leluasa
titirah > tetirah
2.5.2 Kata Ulang Utuh
yaitu ulangan atas seluruh bentuk dasar.
Kata ulang utuh terbagi 2:
a. kata ulang dwilingga, ulangan atas bentuk dasar yang berupa kata dasar.
misalnya:
rumah-rumah
buah-buah
anak-anak
b. kata ulang kata jadian berimbuhan, yaitu ulangan atas bentuk dasar berupa kata jadian berimbuhan
misalnya:
perbuatan > perbuatan-perbuatan
timbangan > timbangan-timbangan
pengumuman > pengumuman-pengumuman
2.5.3 Kata Ulang Dwilingga Salin Suara
yaitu ulangan yang terjadi atas seluruh suku kata, namun pada salah satu lingganya terjadi perubahan suara pada satu fonem atau lebih.
Contoh:
gerak-gerak > gerak-gerik
sayur-sayur > sayur-mayur
porak-porak > porak-parik
tegap-tegap > tegap-begap
yaitu ulangan atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet.
contoh:
tatanaman > tetanaman
tatangga > tetangga
luluhur > leluhur
lalaki > lelaki
luluasa > leluasa
titirah > tetirah
2.5.2 Kata Ulang Utuh
yaitu ulangan atas seluruh bentuk dasar.
Kata ulang utuh terbagi 2:
a. kata ulang dwilingga, ulangan atas bentuk dasar yang berupa kata dasar.
misalnya:
rumah-rumah
buah-buah
anak-anak
b. kata ulang kata jadian berimbuhan, yaitu ulangan atas bentuk dasar berupa kata jadian berimbuhan
misalnya:
perbuatan > perbuatan-perbuatan
timbangan > timbangan-timbangan
pengumuman > pengumuman-pengumuman
2.5.3 Kata Ulang Dwilingga Salin Suara
yaitu ulangan yang terjadi atas seluruh suku kata, namun pada salah satu lingganya terjadi perubahan suara pada satu fonem atau lebih.
Contoh:
gerak-gerak > gerak-gerik
sayur-sayur > sayur-mayur
porak-porak > porak-parik
tegap-tegap > tegap-begap
2.5.4 Kata Ulang Berimbuhan
yaitu ulangan yang mendapat imbuhan baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua.
Misalnya:
bermain-main
berjalan-jalan
berpukul-pukulan
gunung-gemunung
tarik-menarik
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pada dasarnya kita telah memahami penggunaan kaidah
tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi ketika kita berbicara
seringkali kita tidak mengikuti kaidah/aturan dari tata bahasa Indonesia yang
baik dan benar dalam berkomunikasi sehari-hari. kita sering menggunakan tata
bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan-kesalahan tersebut dapat
menjadi sebuah kebiasaan dan hal tersebut menjadi membudaya dan dibenarkan
penggunaan dalam keseharian. Untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama
untuk saling mengingatkan agar menggunakan kaidah tata bahasa yang baik dan
benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar